Kisah Cinta Salman Alfarisi - Para Sahabat Rasulullah Shalallahu 'alaihi Wassalam mendapatkan pengajaran langsung dari Beliau. Sehingga tak heran ketinggian akhlak para sahabat sangat mengagumkan. Seperti kisah yang dialami Sahabat Rasulullah Shalallahu 'alaihi Wassalam yaitu Salman Al Farisi.
Ilustrasi Wanita Shalihah - pic:unsplash.com |
Salman Al Farisi merupakan seorang mantan budak dari Isfahan Persia. Kisah cinta salman terjadi saat beliau sudah masuk islam dan tinggal di Madinah, Beliau juga merupakan salah satu sahabat yang dekat dengan Rasulullah.
Pada suatu waktu, Salman berkeinginan untuk menggenapkan dien dengan menikah. Selama ini, ia juga diam-diam menyukai seorang wanita shalihah dari kalangan Anshar.
Namun ia tak berani melamarnya, dikarenakan ia seorang imigran dan merasa asing dengan tempat tinggalnya Madinah.
Yang ada didalam pikirannya ketika itu, bagaimana adat melamar wanita di kalangan masyarakat Madinah ? Bagaimana tradisi Anshar saat mengkhitbah atau melamar wanita ? Karena Ia tak tahu menahu mengenai budaya Arab. Tentu saja tak bisa sembarangan mengkhitbah wanita tanpa persiapan matang.
Kemudian Salman pun mendatangi seorang sahabatnya yang merupakan penduduk asli Madinah, Abu Darda. Ia bermaksud meminta bantuan Abu Darda untuk menemaninya saat mengkhitbah wanita yang sudah ia sukai.
Mendengar kabar tersebut Abu Darda pun girang kesenangan, karena sahabatnya berniat untuk melamar seorang wanita dan menggenapkan separuh agamanya.
"Subhanallah wa Alhamdulillah", ujarnya begitu senang mendengar sahabatnya berencana untuk menikah. Ia pun langsung memeluk Salman dan bersedia membantu dan mendukungnya.
Setelah beberapa hari mempersiapkan segala sesuatu, Salman pun mendatangi rumah sang gadis dengan ditemani Abu Darda.
Keduanya pun sangat bahagia, sesampainya dirumah wanita shalilah tersebut, keduanya pun diterima dengan baik oleh tuan rumah.
Saat Khitbah Salman Al Farisi
"Saya adalah Abu Darda’ dan ini adalah saudara saya Salman dari Persia. Allah telah memuliakan Salman dengan Islam. Salman juga telah memuliakan Islam dengan jihad dan amalannya. Ia memiliki hubungan dekat dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Bahkan, Rasulullah menganggapnya sebagai ahlu bait (keluarga)-nya," ujar Abu Darda’ kepada Ayah sang wanita shalihah.
“Saya datang mewakili saudara saya, Salman, untuk melamar putri Anda,” katanya melanjutkan kepada wali si wanita menjelaskan maksud kedatangan mereka.
Mendengar perkataan Abu Darda, sang Ayah merasa terhormat. Bagaimana tidak, ia kedatangan dua orang sahabat Rasulullah yang utama dan maksud kedatangannya untuk melamar putrinya, “Sebuah kehormatan bagi kami menerima sahabat Rasulullah yang mulia. Sebuah kehormatan pula bagi keluarga kami jika memiliki menantu dari kalangan sahabat,” ujar ayah si wanita.
Namun sang Ayah tidak langsung menerima lamaran yang disampaikan oleh Abu Darda. Seperti yang diajarkan Rasulullah, ia harus bertanya pendapat putrinya mengenai lamaran tersebut.
Meski yang datang adalah seorang sahabat Rasulullah yang mulia, sang Ayah tetap meminta persetujuan sang putri.
“Jawaban lamaran ini merupakan hak putri kami sepenuhnya. Oleh karena itu, saya serahkan kepada putri kami,” ujarnya kepada Abu Darda’ dan Salman al-Farisi.
Penolakan Lamaran Salman Alfarisi
Sang Ayah kemudian memberikan isyarat kepada istri dan putrinya yang berada dibalik hijab. Rupanya, putrinya telah menunggu untuk memberikan pendapat mengenai lelaki yang datang melamarnya.
Mewakili sang putri, ibunya pun berkata, "Mohon maaf kami perlu berterus terang". Mendengar hal tersebut membuat Salman dan Abu Darda tegang menanti jawaban.
"Maaf atas keterusterangan kami. Putri kami menolak lamaran Salman," Jawaban dari sang Ibu wanita shalihah tersebut membuat hancur hati Salman. Namun Salman tetap tegar.
Tak sampai itu, sang ibunda melanjutkan jawaban dari putrinya, “Namun, karena kalian berdualah yang datang dan mengharap ridha Allah, saya ingin menyampaikan bahwa putri kami akan menjawab iya jika Abu Darda’ memiliki keinginan yang sama, seperti Salman,” Kata ibu si wanita shalihah idaman Salman yang diinginkannya untuk menjadi istri.
Namun ternyata wanita shalihah tersebut memilih Abu Darda yang menemani Salman untuk melamar wanita itu.
Jika terjadi pada lelaki biasa, pasti hati Salman akan hancur berkeping-keping dan merasakan patah hati yang teramat sangat. Mungkin saja Salman bisa menyesal karena telah mengajak Abu darda untuk datang menemaninya melamar.
Ketegaran Hati Salman Al Farisi
Namun, Salman merupakan seorang lelaki shalih, seorang mulia dari kalangan sahabat Rasulullah. Dengan ketegaran hati yang luar biasa, ia justru menjawab, "Allahu Akbar !" Seru Salman girang.
Tak hanya itu, Salman justru menawarkan bantuan untuk pernikahan keduanya. Tanpa perasaan hati yang hancur, Ia justru memberikan semua harta benda yang sudah Ia siapkan sejak lama untuk menikahi wanita tersebut.
“Semua mahar dan nafkah yang kupersiapkan akan kuberikan semua kepada Abu Darda’. Aku juga akan menjadi saksi pernikahan kalian,” ujar Salman dengan kelapangan hati yang begitu hebat.
Demikian kisah cinta sahabat Rasulullah yang mulia, Salman Al Farisi. Banyak pelajaran yang dapat kita petik dari kisah tersebut.
Ketegaran hati Salman patut dijadikan teladan bagi kita, Ia pun tak kecewa dengan apa yang belum ia miliki meski ia sangat menginginkannya.
Semoga Allah meridhai Salman dan menempatkannya pada Surga yang tertinggi.
Pencarian Terkait :
- Kisah Cinta Sahabat Nabi Salman Al Farisi
- Kisah Cinta Salman Al Farisi dan Abu Darda
- Kisah Salman Al Farisi dan Abu Darda
- Kisah Salman Al Farisi Singkat
Sumber : Islam Digest Republika
0 Komentar